TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Peta Konsep |
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME
1. Pengertian dari Teori Belajar
Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan
fasilitasi orang lain.Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia
untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal
lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Hasil belajar bergantung pada pengalaman dan perspektif
yang dipakai dalam interpretasi pribadi. Sebaliknya, fungsi pikiran menginterpretasi
peristiwa, obyek, perspektif yang dipakai, sehingga makna hasil belajar
bersifat individualistik. Suatu kegagalan dan kesuksesan dilihat sebagai beda
interpretasi yang patut dihargai dan sukses belajar sangat ditentukan oleh
kebebasan siswa melakukan pengaturan dari dalam diri siswa.
Untuk mendukung kualitas pembelajaran maka sumber belajar
membutuhkan data primer, bahan manipulatif dengan penekanan pada proses
penalaran dalam pengambilan kesimpulan. Sistematika evaluasi lebih menekankan
pada penyusunan makna secara aktif, keterampilan intergratif dalam masalah
nyata, menggali munculnya jawaban divergen dan pemecahan ganda. Evaluasi
dilihat sebagai suatu bagian kegiatan belajar mengajar dengan penugasan untuk
menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata sekaligus sebagai evaluasi proses
untuk memecahkan masalah
Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang
lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang
diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
terbentuk suatu skema yang baru.
Teori konstruktivisme juga mempunyai
pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil.
Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan
cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar,
hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi
perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya
terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur
kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Dengan demikian, belajar menurut
teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil
”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui
proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan
makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam
setiap individu.
2. Tujuan dari Teori Belajar
Konstruktivisme
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.
Adanya
motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c.
Membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri.
e.
Lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
B.
Sasaran Teori Belajar Konstruktivisme
a) Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses
pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
a.
Menekankan
pada proses belajar, bukan proses mengajar
b.
Mendorong
terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
c.
Memandang
siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
d.
Berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
e.
Mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan
f.
Mengharagai
peranan pengalaman kritis dalam belajar
g.
Mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
h.
Penilaian
belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
i.
Berdasarkan
proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
j. Banyak
menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti
prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
k.
Menekankan
bagaimana siswa belajar
l. Mendorong
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
dan guru
m.
Sangat
mendukung terjadinya belajar kooperatif
n.
Melibatkan
siswa dalam situasi dunia nyata
o.
Menekankan
pentingnya konteks siswa dalam belajar
p.
Memperhatikan
keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
q.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang
didasarkan pada pengalaman nyata
b) Peranan Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut
di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di kelas.
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa
dalam belajar
Dengan
menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka.
Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses
belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir
reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang
menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk
mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan
atau pemikirannya
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan
siswa lainnya
Dialog dan
diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika
mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang
sangat bermakna akan terjadi di kelas
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang
menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika
diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan
pengalaman nyata
f. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber
utama, dan materi-materi interaktif
Proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
Selain itu
yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa .siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang
membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga
kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar
siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Dari
uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme
adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya,
mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan
dimilikinya.
Dalam
mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar
bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya,
menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan
renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang
baru.
C.
Dampak teori
konstruktivisme terhadap pembelajaran
Dampak
teori konstruktivisme secara umum yang merupakan gabungan dari penerapan baik
dari konsep piaget maupun vygotsky terhadap pembelajran, antara lain dapat
berkenaan dengan:
a.
Tujuan pendidikan : - menghasilkan
individu atau anak yangmemiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi.
b. Kurikulum
: - konstruktivisme tidak memerlukan kurikulum yang distandarisasikan. Oleh
karena itu, lebih diperlukan kurikulum yang telah disesuaikan dengan
pengetahuan awal siswa.Juga diperlukan kurikulum yang lebih menekankan
keterampilan pemecahan masalah (hands-on probem solving). Dengan kata lain
kurikulum harus dirancang sedemikian rupa, sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan maupun keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
c.
Pengajaran : - di bawah teori
konstruktivisme, pendidik berfokus terhadap bagaimana menyususn hubungan antar
fakta-fakta serta memperkuat perolehan pengetahuan yang baru bagi siswa.
Pengajar harus menyusun strategi pembelajaran nya dengan memperhatikan respon /
tanggapan dari siswa serta mendorong siswa untuk menganalisis, menafsirkan dan
meramalkan informasi. Guru juga harus berupaya dengan keras menghadirkan
pertanyaan berujung terbuka (open-ended questions) dan mendorong terjadinya
dialog yang ekstensif antar siswa. Dalam konsep ini sebaiknya guru berfungsi
sebagai fasilitator dan mediator dan teman ( mitra belajar) yang membangun
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan pada
peserta didik.
d. Pembelajar
: - diharapakan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya.
e.
Penilaian : - konstruktivisme tidak
memerlukan adanya tes yang baku sesuai
dengan tingkat kelas. Namun, justru memerlukan suatu penilaian yang merupakan bagian dari proses
pembelajaran (penilaian autentik) sehingga memungkinkan siswa berperan lebih
besar dalam menilai dan mempertimbangkan kemajuan atau hasil belajarnya
sendiri. Hal ini merupakan alasan untuk menghadirkan portofolio sebagai model
penilaian. Portofolio secara ringkas dapat dimaknai sebagai bukti-bukti fisik
(hasil ujian, makalah, hasil keterampilan, piagam, piala, catatan anekdot dan
lain lain) hasil belajar atau hasil kinerja siswa.
D.
kritik TEORI BELAJAR konstruktivisme
Kritik
terutama dilancarkan terhadap konstruktivisme sosial vygotsky justru pada
jantung teorinya, yaitu ZPD. Ada suatu dilema antara belajar yang dipandu guru
dalam kaitan perkembangan potensial dengan belajar tanpa bantuan guru
(perkembangan aktual ), karena kurang memperdulikan konsistensi dari bimbingan.
Kecuali itu, bagaimanapun juga pendapat behavioris tidak semuanya keliru.Para konstruktivis
yang menganggap bahwa belajar, yaitu semata-mata memorisasi telahmengabaikan
bahwa belajar juga menyangkut perubahan perilaku atau perubahan
tindakan.Walaupun konstruktivisme mendapatkan popularitas besar sebagai
filosofi pembelajaran, itu tidak berarti bahwa seluruh tehnik pembelajaran yang
berbasis pada konstrutivisme efisien atau efektif bagi semua siswa.
Kritik yang lain terkait dengan
perbedaan pandangan antara para konstrutivisme dengan para maturasionis. Para
konstrutivisme berpendapat bahwa proses dialektika dan proses interaksi bagi
perkembangan dan belajar melalui konstruksi aktif oleh siswa, dapat
difasilitasi dan dibantu oleh orang dewasa. Sedangkan para penganut
maturasionis romantik berpendapat bahwa perkembangan siswa berlangsung secara
alami (maturational development) tanpa harus ada bantuan orang dewasa dalam
suatu lingkungan yang permisif. Dengan kata lain, oarang dewasa berperan secara
aktif dalam memandu belajar menurut konstrutivisme, sedangkan menurut
maturasionisme siswa dibiarkan memandu dirinya sendiri sesuai tahap-tahap
perkembangan umurnya. Disamping Jean Jacques Rousseau para penganut
maturasionis lainnya adalah ahli pendidikan Swiss Hainrich Pestalozzi, dan
penemu sistem pendidikan kindergarten, Friedrich Frobel.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi orang lain.Sehingga teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau
teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Hasil belajar bergantung pada pengalaman dan perspektif yang
dipakai dalam interpretasi pribadi. Sebaliknya, fungsi pikiran menginterpretasi
peristiwa, obyek, perspektif yang dipakai, sehingga makna hasil belajar
bersifat individualistik. Suatu kegagalan dan kesuksesan dilihat sebagai beda
interpretasi yang patut dihargai dan sukses belajar sangat ditentukan oleh
kebebasan siswa melakukan pengaturan dari dalam diri siswa.
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan
pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri.
e. Lebih menekankan pada proses belajar
bagaimana belajar itu.
Kritik
terkait dengan perbedaan pandangan antara para konstrutivisme dengan para
maturasionis. Para konstrutivisme berpendapat bahwa proses dialektika dan
proses interaksi bagi perkembangan dan belajar melalui konstruksi aktif oleh
siswa, dapat difasilitasi dan dibantu oleh orang dewasa. Sedangkan para
penganut maturasionis romantik berpendapat bahwa perkembangan siswa berlangsung
secara alami (maturational development) tanpa harus ada bantuan orang dewasa
dalam suatu lingkungan yang permisif. Dengan kata lain, oarang dewasa berperan
secara aktif dalam memandu belajar menurut konstrutivisme, sedangkan menurut
maturasionisme siswa dibiarkan memandu dirinya sendiri sesuai tahap-tahap
perkembangan umurnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://lailansakinah.blogspot.co.id/2015/03/makalah-teori-belajar-dan-pembelajaran.html
//tgl 31-10-2016 pukul 11:45
https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme //tgl 31-10-2016 pukul 11:12
Suyono dan Hariyanto,
2014, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
http://tahjud69.blogspot.co.id/2016/12/teori-belajar-konstruktivisme.html
BalasHapus